Senin, 09 September 2013



BERBISNIS
DENGAN  [ BERSAMA ]
ALLAH
Oleh : *)H. Gagan Mohammad Prawirasubardjah
Hadirin pengajian bulanan Ponpes Annur Malangbong yang dibanggakan Allah…..
Bulan rajab lalu kita telah membahas Isra Mi’raj sebagai puncak proses Ke-nabi-an Muhammad, saw, dengan menggunakan Hujjah Surrah Arrahman ayat 33, Assajdah ayat 4 dan 5, Surrah Al-Anbiya ayat 30. Kali ini kita akan berbagi pengetahuan dengan thema “Berbisnis dengan [bersama] Allah”, yang didasarkan pada Surrah Faathir atau Surrah ke -35 ayat 29 dan Surrah At-Talaq atau Surrah ke-65 ayat 2-3 Kitab Undang-Undang Hukum Allah, yakni Al-Qur’an Al-Karim.
Sebelum masuk pada substansi peng-kaji-an akhir bulan sya’wal ini, ada baiknya kita mengingat kembali pengajian bulan lalu yaitu Pertama Kelompok jin mempunyai potensi melintasi [menembus] langit dan bumi (Arrahman : 33) yang dibatasi ketinggiannya pada kira-kira 30.000 kaki diatas permukaan laut,

يَـٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ إِنِ ٱسۡتَطَعۡتُمۡ أَن تَنفُذُواْ مِنۡ أَقۡطَارِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ فَٱنفُذُواْ‌ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلۡطَـٰنٍ۬-٣٣
Arrahman-33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
وَخَلَقَ ٱلۡجَآنَّ مِن مَّارِجٍ۬ مِّن نَّارٍ۬-١٥

15. dan   Arrahman-15Dia menciptakan jin dari nyala api.
Dari penafsiran ayat ini jin adalah makhluk tak berakal, bisa jadi jin dalam batas-batas tertentu punya potensi melintasi langit dan bumi, meskipun kita tahu dalam teori biokimia, biologi molekuler zat api tidak mampu berkembang atau kehilangan kekuatannya dalam ketiadaan oksigen. Kedua Kelompok manusia memiliki akal, ilmu dan pengetahuan baik jasmaniah maupun bathiniah yang relatif tak terbatas untuk melintasi [menembus] langit dan bumi, namun tentu saja point pertama dan kedua tentang sarat atas batasan kemampuan itu tidak berlaku, jika Allah menganugerahkan Bi Sulthon, Kekuatan. Ketiga Semula semesta alam adalah menyatu, kemudian Allah memisahkannya (Surrah Al-anbiya : 30),
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَا‌ۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ‌ۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ -٣٠
Al Anbiya-30. dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
yang menarik dari point ini adalah para ahli astrofisika menyebut soal telur kosmik yang pecah berhamburan dalam peristiwa Big Bang. Keempat Segera setelah Allah menciptakan jagat raya melalui proses ledakan besar, kemudian Allah bersemayam dalam Arsy (Surrah Assajdah : 4).
 ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ۬ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۖ مَا لَكُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا شَفِيعٍ‌ۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ -٤
 Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan

 Kelima  Rosulullah, saw yang diperjalankan dalam Isra Mi’raj berangkat dengan kecepatan cahaya [buroq] yakni 362.000 KM/detik (Surrah Assajdah : 5).
 يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يَعۡرُجُ إِلَيۡهِ فِى يَوۡمٍ۬ كَانَ مِقۡدَارُهُ ۥۤ أَلۡفَ سَنَةٍ۬ مِّمَّا تَعُدُّونَ -٥
5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Refresh terhadap apa yang telah disampaikan pada pengajian dua bulan lalu seperti point-point diatas dimaksudkan untuk meraih suasana kebathinan yang sama, agar apa yang akan disampaikan tentang “Berbisnis dengan [bersama] Allah ON dengan pikiran penulis.
Hadirin Jamaah Rochimakumullah……
Ketika proses penciptaan alam melalui ledakan besar, seluruh partikel yang ada dalam telur kosmik berhamburan membentuk bintang-bintang tidak terkecuali planet bumi, lalu Allah bersemayam dalam singgasana di Sidrotul Muntaha. Keliru dan fatal akibatnya jika peristiwa ini seolah membenarkan fisika klasik Newtonian, yang mengganggap semesta alam adalah mesin raksasa yang berputar secara mekanistik [determinasi mekanika], teori fisika ini masuk pada lapangan filsafat materialisme yang telah menjadi semacam landasan ilmiah dan argumen filosofis bagi marxisme, dan komunisme dikemudian hari. Lebih dari itu pengertian “Singgasana Allah”, berarti rumah Raja Diraja, Rumah Maha Raja Allah yang tentu saja berkuasa atas segalanya, baik yang gaib maupun yang nyata, bukan sebaliknya setelah proses penciptaan alam selesai Allah pasif dalam Arasy, dan membiarkan begitu rupa jagat raya berputar dengan sendiri tanpa campur tanganNya. Dalam tataran penciptaan makrokosmos baru, bisa jadi peran Allah menjadi diminimalisasi dangan pengecualian pada peristiwa Qadha dan Qadar Ke-ilahiyah-an, selebihnya mewakilkan dan penghubung kepentingan semesta yang berkaitan dengan mikrokosmos kepada manusia sebagai khalifah (Al-Baqarah : 30).
 وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬‌ۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ‌ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ - ٣٠
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Sebelum peristiwa Big Bang terjadi dalam enam masa, menurut Ibnu Al-Araby dalam kitabnya yang masyur Futuhat Al-Makiyyah, Allah adalah entitas tersebunyi [Kanzum Makhfiy], agar wujud Allah tetap dikenali manusia yang kelak bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi, dan keturunannya memiliki jangkar pengetahuan tentang Allah, maka diantara manusia sebagai khalifah itu Allah menunjuk Nabi dan Rosul, terakhir Muhammad, saw sebagai prototipe sejati penciptaan alam, yang mampu mewakili “wajah” Allah untuk dicontoh dan ditauladani. Muhammad, saw pembawa tongkat estafet pengetahuan langsung tentang Allah dari Sidratul Muntaha dalam peristiwa Mi’raj, adalah senjata paling ampuh dan selalu mutakhir yang dapat digunakan ummat manusia penerima hidayah untuk selalu Online bersama Allah-Muhammad sekaligus menyampaikan kabar kembira tentang firman Allah dalam Surrah Al-‘Ala ayat 17 bahwa Istana Allah jauh lebih mulia dan kekal, ketimbang Istana manusia dimuka bumi yang sementara.
إِنَّ هَـٰذَا لَفِى ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ -١٨
17. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Manusia adalah hasil akhir dari proses penciptaan alam, meski terakhir manusia adalah buah alam, seperti tumbuhan mengharapkan buah. Pada bagian inilah kemudian manusia disebut sempurna.

dalam arti secara fisik terdiri atas sejumlah materi yang terkumpul dari hampir seluruh elemen dasar keduniaan yang imanen, dan secara spiritual berasal dari tiupan ruh Allah yang transenden, sehingga pada dasarnya manusia adalah representasi semesta alam.
Dia mewakili kepentingan dunia, sekaligus menjadi khalifah dari kehendakNya. Disinilah letak hubungan yang sangat erat antara Allah dengan Manusia, lewat tiupan ruhNya, bersemayam jatidiri Ilahi yang menurut Surrah Qaf ayat 16 bahwa Allah lebih dekat dari urat lehernya (manusia) sendiri.
 وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُ ۥ‌ۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ - ١٦
16. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

Maka jika Syech Siti Jenar, bahkan Ibnu Al-araby menyatakan dimensi “manunggaling kawula gusti” bersatunya kholiq-makhluk, sesungguhnya memiliki landasan Quran dan pijakan filosofis, belakangan paham ini dikenal dengan teori Wahdah Al-Wujud, atau Wihdatul Wujud, yang dulu oleh sebagian ulama dianggap pemahaman menyimpang dari akidah.
Imam Al-Gozali berkata bahwa Al-Qalb adalah identik dengan kehadiran Allah, lalu dia mengutip sebuah hadits “man ‘Arofa Nafsahu Faqod ‘Arofa Robbahu”, barangsiapa mengenal dirinya, niscaya mengenal Allah. Kata kuncinya mengenal diri sendiri, dari mana asal manusia, terbuat dari apa, dengan tujuan apa, serta hendak pulang kemana. Dengan mempelajari diri sendiri, kita akan berangkat ketahap berikut dengan menganalisa alam raya yang menjadi bagian dari diri kita. Pada tahap ini kita akan masuk pada pertanyaan siapa pencipta dari jagat raya dan isinya yang begitu luar biasa, dengan begitu niscaya kita akan dihadapkan pada realitas bahwa apa yang kita lihat dalam diri dan jagat raya adalah pemandangan eksotis maha agung yang Allah Ajawazalla ciptakan. Singkatnya kemampuan pengenalan diri manusia akan penciptanya, disebabkan Allah ingin dikenali oleh makhluknya.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah menyatakan “Kuntu khojinatan khofiyatan ahbabtu an ‘urofa fakholaqtu al kholqo fata’aroftu ilathim fa’aro funi’ Aku laksana harta yang tersembunyi, aku ingin dikenali, karena itu aku menciptakan makhluk. Hadits Qudsi lainya yang diriwayatkan Buchari, Allah berfirman Ana ‘inza dzonnna ‘abdi bi wa ana ma’ahu ainama idza dzakaroni, fain dzakaroni nafsihi dzakartuhu fi nafsihi, “Aku [Allah] menurut prasangka hambaKu, aKu bersamanya disaat dia menyebut namaKu, jika dia [manusia] dalam dirinya ingat kepadaKu, maka dalam diriKu, aku ingat kepadanya”. Shalat, Zakat, Puasa, dzikir merupakan mekanisme mengingat, sambung rasa sekaligus tatap muka bathin dengan Allah.
Jika seluruh ibadah itu dijalankan dengan sempurna, hasil akhirnya adalah takwa, dengan demikian berlaku ayat

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan solusi dalam hidupnya dan memberikan rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah pasti Dia akan mencukupkan keperluannya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya, dan telah diputuskan bagi tiap-tiap sesuatu/qadha. (Surrah Attalaq ayat 2-3).

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar(ayat 2).

dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (ayat3).
Dalam Surrah Fathir ayat 29 Allah menegaskan urut-urutan dan tata cara berbisnis dengan Allah.
 إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَـٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ سِرًّ۬ا وَعَلَانِيَةً۬ يَرۡجُونَ تِجَـٰرَةً۬ لَّن تَبُورَ  - ٢٩
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
 PERTAMA senantiasa membaca al-Qur’an, dengan membacanya manusia akan mudah diberi petunjuk untuk menapaki jalan hidupnya kini, dan jalan hidupnya “kelak”, KEDUA mendirikan shalat, untuk menghindari dirinya dari perbuatan buruk, KETIGA menafkahkan sebagian rejeki yang dianugerahkan, baik rejeki itu didapat dari sumber yang tidak disangka-sangka, maupun rejeki secara terang-terangan atau dengan kata lain rejeki dari sumber yang menurut ukuran manusia telah pasti, artinya sebagai makhluk sosial dengan berzakat, infak dan sodaqoh manusia telah melaksanakan ibadah kemanusiaan yang ilahiyah, KEEMPAT mereka itu tiada lain mengharap perniagaan yang tidak akan merugi.
Tujuan utama puasa adalah untuk mencapai “maqom” takwa, sedangkan takwa menurut definisi yang paling sederhana adalah menjalankan semua titahNya dan menjauhi segala laranganNya. Dalam etimologi sufistik takwa berarti meleburkan segala keinginan manusia pada level kehendak Allah semata, atau yang biasa kita kenal dengan “Hasbunallahu Wani’mal Wakil, Ni’mal Maula Wani’mannashir”.
Pertanyaan mengapa satu asal dan satu turunan hasilnya berbeda? ada si kaya dan si miskin, yang ganteng, cantik  dan yang buruk rupa, bahkan ada yang jadi ulama, pejabat tinggi, ada juga penjahat, dan orang baik-baik. Kita tau bahwa jika Allah menghendaki semua satu dan semua sama, tentu mudah bagiNya. ini adalah apa yang diterangkan dengan tegas dalam Surrah Al-‘Ala ayat 3 sekaligus landasan filosofis dari apa yang dimaksud “keadilan” Allah terletak pada “ketidakadilannya”.
 وَٱلَّذِى قَدَّرَ فَهَدَىٰ - ٣
3. dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.
Argumentasi biologis ikut menguatkan bahwa manusia tercipta dari tanah dan selanjutnya air mani terambil dari saripati bumi, maka ada diantara manusia misalnya menyerap lebih banyak unsur emas atau berlian dan menjadikannya lebih berharga dimuka bumi dari sesamanya, sementara lainnya lebih banyak mengandung unsur kayu, tanah, batu, besi dan seterusnya sehingga dijadikan pijakan dan kekuatan bagi manusia lainnya. Diantara mereka berada jauh dari matahari, atau sebaliknya dan menjadikan mereka berwarna-warna, berbangsa-bangsa, bersuku-suku, barangkali ini yang dimaksud dengan perbedaan adalah rachmat bagi semesta alam.
Sebagai buah alam manusia terhubung langsung dalam bentuknya dengan alam, dan sebagai khalifah manusia penghubung Allah dalam singgasana bathin. Dia akan menjadi terbaik dalam qodratnya, jika ikhlas menerima qodhoNya dan dia akan mencapai maqam muttaqin jika bertindak selaku penghubung yang ridho. Sebab ikhlas merupakan stasiun pertama menggapai kebahagiaan, dan jika kita ingin melihat Allah bertahta, bersyukur atas semua realitas yang Allah anugerahkan kepada kita, itulah takwa sebenarnya.
Hadirin jamaah prajurit Muhammad, saw yang dibanggakan Allah……
Kunci keberhasilan dan kesuksesan hidup adalah, Iman, Takwa, Yakin, Optimis, dan husnudzon kepada Allah. Dengan dasar itu kita telah memiliki password untuk membuka deposit box atas kekayaan Allah yang tidak terbatas, sehingga berbisnis dengan dan bersama Allah dapat dimulai kapan saja dan tiada pernah merugi. Hidup dan kehidupan merupakan keberuntungan, jika ingin anugerahNya raih melalui pemilik azali yakni Allah Azawajalla. Akan tetapi keberuntungan menyukai perjuangan, upaya dan ikhtiar, Allah menginginkan kita menjemput keberuntungan itu dengan gigih dalam kesabaran.
Allah menganugerahkan otak kepada manusia yang mampu menampung milyaran giga bahkan terabite data dan informasi, baik yang datang dari Allah dalam hati bersih, maupun yang diambil dari realitas wujud yang tersimpan dalam otak logika, maka dunia seluas yang kita impikan, bayangkan dan imajenasikan. Jangan takut, mimpi tidak akan membunuh kita, gunakan mumpung gratis, jika semua mimpi-mimpi itu pelan-pelan tertanam dalam hati dan pikiran kita, segera sederhanakan menjadi niat dan lanjutkan menjadi sebuah langkah nyata, meski hanya langkah kecil. Dari yang kecil itu yakinlah kelak, mimpi itu sungguh akan menjelma menjadi kenyataan

 Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar