BERBISNIS
DENGAN [ BERSAMA ]
ALLAH
Oleh : *)H. Gagan Mohammad
Prawirasubardjah
Hadirin pengajian bulanan Ponpes Annur
Malangbong yang dibanggakan Allah…..
Bulan rajab lalu kita telah membahas Isra
Mi’raj sebagai puncak proses Ke-nabi-an Muhammad, saw, dengan menggunakan
Hujjah Surrah Arrahman ayat 33, Assajdah ayat 4 dan 5, Surrah Al-Anbiya ayat
30. Kali ini kita akan berbagi pengetahuan dengan thema “Berbisnis dengan
[bersama] Allah”, yang didasarkan pada Surrah Faathir atau Surrah ke -35 ayat
29 dan Surrah At-Talaq atau Surrah ke-65 ayat 2-3 Kitab Undang-Undang Hukum
Allah, yakni Al-Qur’an Al-Karim.
Sebelum masuk pada substansi peng-kaji-an akhir
bulan sya’wal ini, ada baiknya kita mengingat kembali pengajian bulan lalu
yaitu Pertama Kelompok jin mempunyai potensi melintasi [menembus]
langit dan bumi (Arrahman : 33) yang dibatasi ketinggiannya pada kira-kira
30.000 kaki diatas permukaan laut,
يَـٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ إِنِ ٱسۡتَطَعۡتُمۡ أَن تَنفُذُواْ مِنۡ أَقۡطَارِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ فَٱنفُذُواْۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلۡطَـٰنٍ۬-٣٣
Arrahman-33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
وَخَلَقَ ٱلۡجَآنَّ مِن مَّارِجٍ۬ مِّن نَّارٍ۬-١٥
15. dan Arrahman-15Dia menciptakan
jin dari nyala api.
Dari penafsiran ayat ini jin adalah makhluk tak
berakal, bisa jadi jin dalam batas-batas tertentu punya potensi melintasi langit
dan bumi, meskipun kita tahu dalam teori biokimia, biologi molekuler zat api
tidak mampu berkembang atau kehilangan kekuatannya dalam ketiadaan oksigen. Kedua Kelompok manusia memiliki akal, ilmu dan
pengetahuan baik jasmaniah maupun bathiniah yang relatif tak terbatas untuk
melintasi [menembus] langit dan bumi, namun tentu saja point pertama dan kedua tentang
sarat atas batasan kemampuan itu tidak berlaku, jika Allah menganugerahkan Bi
Sulthon, Kekuatan. Ketiga Semula semesta alam adalah menyatu, kemudian
Allah memisahkannya (Surrah Al-anbiya : 30),
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَاۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ -٣٠
Al Anbiya-30. dan Apakah orang-orang yang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?
yang menarik dari point ini adalah para ahli
astrofisika menyebut soal telur kosmik yang pecah berhamburan dalam peristiwa
Big Bang. Keempat Segera setelah Allah menciptakan jagat raya melalui
proses ledakan besar, kemudian Allah bersemayam dalam Arsy (Surrah Assajdah :
4).
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ۬ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ مَا لَكُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا شَفِيعٍۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ -٤
Allah lah yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang
penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan
Kelima Rosulullah,
saw yang diperjalankan dalam Isra Mi’raj berangkat dengan kecepatan cahaya
[buroq] yakni 362.000 KM/detik (Surrah Assajdah : 5).
يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يَعۡرُجُ إِلَيۡهِ فِى يَوۡمٍ۬ كَانَ مِقۡدَارُهُ ۥۤ أَلۡفَ سَنَةٍ۬ مِّمَّا تَعُدُّونَ -٥
5. Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu.
Refresh terhadap apa yang telah disampaikan
pada pengajian dua bulan lalu seperti point-point diatas dimaksudkan untuk
meraih suasana kebathinan yang sama, agar apa yang akan disampaikan tentang
“Berbisnis dengan [bersama] Allah ON dengan pikiran penulis.
Hadirin Jamaah Rochimakumullah……
Ketika proses penciptaan alam melalui ledakan
besar, seluruh partikel yang ada dalam telur kosmik berhamburan membentuk bintang-bintang
tidak terkecuali planet bumi, lalu Allah bersemayam dalam singgasana di
Sidrotul Muntaha. Keliru dan fatal akibatnya jika peristiwa ini seolah
membenarkan fisika klasik Newtonian, yang mengganggap semesta alam adalah mesin
raksasa yang berputar secara mekanistik [determinasi mekanika], teori fisika
ini masuk pada lapangan filsafat materialisme yang telah menjadi semacam
landasan ilmiah dan argumen filosofis bagi marxisme, dan komunisme dikemudian
hari. Lebih dari itu pengertian “Singgasana Allah”, berarti rumah Raja Diraja,
Rumah Maha Raja Allah yang tentu saja berkuasa atas segalanya, baik yang gaib
maupun yang nyata, bukan sebaliknya setelah proses penciptaan alam selesai
Allah pasif dalam Arasy, dan membiarkan begitu rupa jagat raya berputar dengan
sendiri tanpa campur tanganNya. Dalam tataran penciptaan makrokosmos baru, bisa
jadi peran Allah menjadi diminimalisasi dangan pengecualian pada peristiwa Qadha
dan Qadar Ke-ilahiyah-an, selebihnya mewakilkan dan penghubung kepentingan
semesta yang berkaitan dengan mikrokosmos kepada manusia sebagai khalifah
(Al-Baqarah : 30).
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ - ٣٠
30. ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sebelum peristiwa Big Bang terjadi dalam enam
masa, menurut Ibnu Al-Araby dalam kitabnya yang masyur Futuhat Al-Makiyyah, Allah
adalah entitas tersebunyi [Kanzum Makhfiy], agar wujud Allah tetap dikenali manusia
yang kelak bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi, dan keturunannya memiliki
jangkar pengetahuan tentang Allah, maka diantara manusia sebagai khalifah itu Allah
menunjuk Nabi dan Rosul, terakhir Muhammad, saw sebagai prototipe sejati penciptaan
alam, yang mampu mewakili “wajah” Allah untuk dicontoh dan ditauladani.
Muhammad, saw pembawa tongkat estafet pengetahuan langsung tentang Allah dari Sidratul
Muntaha dalam peristiwa Mi’raj, adalah senjata paling ampuh dan selalu mutakhir
yang dapat digunakan ummat manusia penerima hidayah untuk selalu Online bersama
Allah-Muhammad sekaligus menyampaikan kabar kembira tentang firman Allah dalam Surrah
Al-‘Ala ayat 17 bahwa Istana Allah jauh lebih mulia dan kekal, ketimbang
Istana manusia dimuka bumi yang sementara.
إِنَّ هَـٰذَا لَفِى ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ -١٨
17. sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Manusia adalah hasil akhir
dari proses penciptaan alam, meski terakhir manusia adalah buah alam, seperti tumbuhan
mengharapkan buah. Pada bagian inilah kemudian manusia disebut sempurna.
dalam arti secara
fisik terdiri atas sejumlah materi yang terkumpul dari hampir seluruh elemen
dasar keduniaan yang imanen, dan secara spiritual berasal dari tiupan ruh Allah
yang transenden, sehingga pada dasarnya manusia adalah representasi semesta
alam.
Dia mewakili
kepentingan dunia, sekaligus menjadi khalifah dari kehendakNya. Disinilah letak
hubungan yang sangat erat antara Allah dengan Manusia, lewat tiupan ruhNya,
bersemayam jatidiri Ilahi yang menurut Surrah Qaf ayat 16 bahwa
Allah lebih dekat dari urat lehernya (manusia) sendiri.
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُ ۥۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ - ١٦
16. dan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
Maka jika Syech Siti Jenar, bahkan Ibnu
Al-araby menyatakan dimensi “manunggaling kawula gusti” bersatunya
kholiq-makhluk, sesungguhnya memiliki landasan Quran dan pijakan filosofis, belakangan paham ini dikenal dengan teori
Wahdah Al-Wujud, atau Wihdatul Wujud, yang dulu oleh sebagian ulama dianggap
pemahaman menyimpang dari akidah.
Imam Al-Gozali berkata bahwa Al-Qalb adalah
identik dengan kehadiran Allah, lalu dia mengutip sebuah hadits “man ‘Arofa
Nafsahu Faqod ‘Arofa Robbahu”, barangsiapa mengenal dirinya, niscaya mengenal
Allah. Kata kuncinya mengenal diri sendiri, dari mana asal manusia, terbuat
dari apa, dengan tujuan apa, serta hendak pulang kemana. Dengan mempelajari
diri sendiri, kita akan berangkat ketahap berikut dengan menganalisa alam raya
yang menjadi bagian dari diri kita. Pada tahap ini kita akan masuk pada
pertanyaan siapa pencipta dari jagat raya dan isinya yang begitu luar biasa, dengan
begitu niscaya kita akan dihadapkan pada realitas bahwa apa yang kita lihat
dalam diri dan jagat raya adalah pemandangan eksotis maha agung yang Allah
Ajawazalla ciptakan. Singkatnya kemampuan pengenalan diri manusia akan
penciptanya, disebabkan Allah ingin dikenali oleh makhluknya.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah menyatakan “Kuntu
khojinatan khofiyatan ahbabtu an ‘urofa fakholaqtu al kholqo fata’aroftu
ilathim fa’aro funi’ Aku laksana harta yang tersembunyi, aku ingin dikenali,
karena itu aku menciptakan makhluk. Hadits Qudsi lainya yang diriwayatkan
Buchari, Allah berfirman Ana ‘inza dzonnna ‘abdi bi wa ana ma’ahu ainama idza
dzakaroni, fain dzakaroni nafsihi dzakartuhu fi nafsihi, “Aku [Allah] menurut
prasangka hambaKu, aKu bersamanya disaat dia menyebut namaKu, jika dia [manusia]
dalam dirinya ingat kepadaKu, maka dalam diriKu, aku ingat kepadanya”. Shalat,
Zakat, Puasa, dzikir merupakan mekanisme mengingat, sambung rasa sekaligus
tatap muka bathin dengan Allah.
Jika seluruh ibadah itu dijalankan dengan sempurna,
hasil akhirnya adalah takwa, dengan demikian berlaku ayat
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan memberikan solusi dalam hidupnya dan memberikan rejeki dari
arah yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
pasti Dia akan mencukupkan keperluannya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang dikehendakiNya, dan telah diputuskan bagi tiap-tiap sesuatu/qadha. (Surrah
Attalaq ayat 2-3).
Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar(ayat 2).
dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (ayat3).
Dalam Surrah Fathir ayat 29 Allah
menegaskan urut-urutan dan tata cara berbisnis dengan Allah.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَـٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ سِرًّ۬ا وَعَلَانِيَةً۬ يَرۡجُونَ تِجَـٰرَةً۬ لَّن تَبُورَ - ٢٩
29. Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi,
PERTAMA senantiasa membaca al-Qur’an, dengan membacanya manusia akan
mudah diberi petunjuk untuk menapaki jalan hidupnya kini, dan jalan hidupnya
“kelak”, KEDUA mendirikan shalat, untuk menghindari dirinya dari
perbuatan buruk, KETIGA menafkahkan sebagian rejeki yang
dianugerahkan, baik rejeki itu didapat dari sumber yang tidak disangka-sangka,
maupun rejeki secara terang-terangan atau dengan kata lain rejeki dari sumber
yang menurut ukuran manusia telah pasti, artinya sebagai makhluk sosial dengan
berzakat, infak dan sodaqoh manusia telah melaksanakan ibadah kemanusiaan yang
ilahiyah, KEEMPAT mereka itu tiada lain mengharap perniagaan yang
tidak akan merugi.
Tujuan utama puasa adalah untuk mencapai
“maqom” takwa, sedangkan takwa menurut definisi yang paling sederhana adalah
menjalankan semua titahNya dan menjauhi segala laranganNya. Dalam etimologi
sufistik takwa berarti meleburkan segala keinginan manusia pada level kehendak
Allah semata, atau yang biasa kita kenal dengan “Hasbunallahu Wani’mal Wakil,
Ni’mal Maula Wani’mannashir”.
Pertanyaan mengapa satu asal dan satu turunan
hasilnya berbeda? ada si kaya dan si miskin, yang ganteng, cantik dan yang buruk rupa, bahkan ada yang jadi
ulama, pejabat tinggi, ada juga penjahat, dan orang baik-baik. Kita tau bahwa jika
Allah menghendaki semua satu dan semua sama, tentu mudah bagiNya. ini adalah
apa yang diterangkan dengan tegas dalam Surrah Al-‘Ala ayat 3
sekaligus landasan filosofis dari apa yang dimaksud “keadilan” Allah terletak
pada “ketidakadilannya”.
وَٱلَّذِى قَدَّرَ فَهَدَىٰ - ٣
3. dan yang menentukan
kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.
Argumentasi biologis ikut menguatkan bahwa
manusia tercipta dari tanah dan selanjutnya air mani terambil dari saripati
bumi, maka ada diantara manusia misalnya menyerap lebih banyak unsur emas atau
berlian dan menjadikannya lebih berharga dimuka bumi dari sesamanya, sementara
lainnya lebih banyak mengandung unsur kayu, tanah, batu, besi dan seterusnya
sehingga dijadikan pijakan dan kekuatan bagi manusia lainnya. Diantara mereka
berada jauh dari matahari, atau sebaliknya dan menjadikan mereka berwarna-warna,
berbangsa-bangsa, bersuku-suku, barangkali ini yang dimaksud dengan perbedaan
adalah rachmat bagi semesta alam.
Sebagai buah alam manusia terhubung langsung
dalam bentuknya dengan alam, dan sebagai khalifah manusia penghubung Allah
dalam singgasana bathin. Dia akan menjadi terbaik dalam qodratnya, jika ikhlas
menerima qodhoNya dan dia akan mencapai maqam muttaqin jika bertindak selaku
penghubung yang ridho. Sebab ikhlas merupakan stasiun pertama menggapai
kebahagiaan, dan jika kita ingin melihat Allah bertahta, bersyukur atas semua
realitas yang Allah anugerahkan kepada kita, itulah takwa sebenarnya.
Hadirin jamaah prajurit Muhammad, saw yang
dibanggakan Allah……
Kunci keberhasilan dan kesuksesan hidup
adalah, Iman, Takwa, Yakin, Optimis, dan husnudzon kepada Allah. Dengan dasar
itu kita telah memiliki password untuk membuka deposit box atas kekayaan Allah
yang tidak terbatas, sehingga berbisnis dengan dan bersama Allah dapat dimulai
kapan saja dan tiada pernah merugi. Hidup dan kehidupan merupakan keberuntungan,
jika ingin anugerahNya raih melalui pemilik azali yakni Allah Azawajalla. Akan
tetapi keberuntungan menyukai perjuangan, upaya dan ikhtiar, Allah menginginkan
kita menjemput keberuntungan itu dengan gigih dalam kesabaran.
Allah menganugerahkan otak kepada manusia
yang mampu menampung milyaran giga bahkan terabite data dan informasi, baik
yang datang dari Allah dalam hati bersih, maupun yang diambil dari realitas
wujud yang tersimpan dalam otak logika, maka dunia seluas yang kita impikan,
bayangkan dan imajenasikan. Jangan takut, mimpi tidak akan membunuh kita,
gunakan mumpung gratis, jika semua mimpi-mimpi itu pelan-pelan tertanam dalam
hati dan pikiran kita, segera sederhanakan menjadi niat dan lanjutkan menjadi
sebuah langkah nyata, meski hanya langkah kecil. Dari yang kecil itu yakinlah
kelak, mimpi itu sungguh akan menjelma menjadi kenyataan
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar