Minggu, 28 Juli 2013

PARTIKEL TUHAN  TINJAUAN FILOSOFIS FITRAH MANUSIA

Oleh : Gagan Mohammad *)

Adakah hubungan antara Isaac Newton (1642-1727) dengan Karl Marx (1818-1832), tentu saja tidak. Selain mereka terpaut jauh antar generasi, cabang keilmuan Newton adalah fisikawan terkenal dengan teori gravitasi dan determinasi mekanika, sedangkan Marx pendukung materialisme dan pencetus ideologi komunisme. Namun tidak bisa disangkal bahwa teori fisika Newtonian, telah menjadi semacam landasan ilmiah, bagi penguatan ajaran materialisme, yang dijadikan argumen filosofis bagi marxisme dikemudian hari. Melalui konsep evolusi seleksi alam Charles Darwin (1809-1882), Marx dalam bukunya Das Kapital dengan tegas menyatakan simpatinya, bahwa teori Darwin memberi landasan yang kokoh bagi materialisme dan tentu saja bagi komunisme.



FISIKA KLASIK



Seolah melanjutkan pemikiran Descartes (1596-1650), fisika klasik mengalami kejayaannya ditangan Newton, karena sifatnya yang mekanistik dan deterministik, tak ayal telah memicu revolusi industri eropa. Desain mesin dirancang secara mekanis dan terukur dengan akurat, karenanya secara filosofis alam raya juga dipahami sebagai mesin raksasa yang berputar terus-menerus, dapat dipetakan, diukur dan dihitung menurut hukum-hukum fisika yang pasti. Akibatnya semesta dianggap berdiri sendiri, tidak mempunyai awal maupun akhir dan tercipta secara kebetulan. Dalam aliran pemikiran ini makhluk supranatural non-materi, seperti jin dan malaikat dianggap tidak ada, bahkan lebih jauh mendistorsi, jika tidak ingin dikatakan meniadakan kekuasaan absolut Tuhan. kalaupun Tuhan “dianggap” ada, Dia ditempatkan sebagai entitas pencipta awal jagat raya, selanjutnya diam dan menyerahkan begitu saja kepada proses mekanisme alam yang deterministik.


FISIKA MODERN


Kejayaan fisika klasik yang berkutat pada dunia makrokospik, dalam arti yang mampu dijamah dan dilihat oleh mata telanjang, gagal memahami kehidupan mikroskopik yang bergerak dengan kecepatan cahaya, terutama pada skala atom. Newton tidak pernah membayangkan bahwa dalam atom, terdapat kehidupan rumit dengan desain sempurna. Momentum yang menjadi titik balik pendapatnya, yang menyatakan bahwa atom adalah benda terkecil, dan sepenuhnya materi, telah dibuktikan fisika modern, bahwa dalam atom terdapat partikel sub atomik proton dan neutron sebagai inti atom, yang dikelilingi awan-awan elektron.



Newton benar bahwa inti atom terdiri dari materi, namun sebagian besar volume atom, merupakan ruang kosong yang dihuni oleh elektron non materi, sepuluh ribu kali lebih besar dari inti atom. Jika kita ingin membayangkan sebesar apa volume elektron, yang bergerak mengitari orbit, dengan kecepatan 1.000 km/detik pada inti atom, maka proton dan neutron harus diperbesar menjadi sebesar buah apel, maka panjang elektron yang mengelilinginya sama dengan tiga kali lapangan bola. Akan tetapi, karena inti atom adalah materi, dari sisi ukuran dan berat, proton jauh lebih besar ketimbang elektron. Seandainya elektron sebesar biji kacang, maka proton sebesar manusia, secara fisik mereka jauh berbeda.

Ilmuan yang paling berpengaruh terhadap kemajuan fisika modern, adalah Albert Einstein (1879-1955), fisikawan genius abad 20 itu, mampu menjungkirbalikan pandangan materialisme, dengan melakukan lompatan besar dalam ilmu fisika. Capaian teori relativitas umum Einstein kemudian melahirkan pandangan baru terhadap proses penciptaan semesta, melalui teori ledakan besar atau big bang, dan memastikan jagat raya “diciptakan” dari ketiadaan. Didukung Werner Heisenberg (1901-1976), Schrodinger (1887-1961), dan Bohr (1885-1962) mengukuhkan teori relativitas, kemudian melahirkan teori “ketidakpastian Heisenberg” dan menghasilkan fisika kuantum. Keduanya dalam bidang kosmologi dan astrofisika membuktikan bahwa jagat raya memiliki awal, meluas dan akan berakhir. Dalam Surah al-Anbiyaa 21:30, Adz-Dkaariyat 51:47 Kitab suci umat Islam Al-Qur’an, yang “diwahyukan” kepada seorang anak manusia bernama “Muhammad, saw”, sekira 14 abad sebelum fisika modern dikumandangkan, telah mencatat, bahwa semula langit dan bumi itu padu, kemudian Tuhan memisahkan diantara keduanya. Dan sesungguhnya Tuhan benar-benar meluaskannya.

Yang menarik, para ahli kosmologi berbicara soal “Telur Kosmik”, didalamnya mengandung seluruh materi di alam semesta, sebelum peristiwa big bang. Dengan kata lain, semua elemen yang ada di jagat raya, ada dalam kesatuan telur kosmik ini, kemudian meledak dengan dahsyat yang menyebabkan materi berhamburan, dan dalam proses ini tercipta struktur yang diperlukan alam semesta seperti sekarang ini. Dengan bukti eksperimen yang diakui dunia, Einstein sekaligus meruntuhkan filsafat materialisme, yang menganggap seluruh jagat raya hanya dihuni materi dan berpendirian, bahwa semesta ada dalam waktu tak terbatas, yang tercipta secara kebetulan.

Ahli astronomi Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler, Galileo dan Isaac Newton yang dijuluki ilmuan terbesar yang pernah ada, meski oleh ilmuan meterialis setelahnya, digeser kepada makna meterialisme. Sesungguhnya mereka, para ilmuan besar mempelajari ilmu pengetahuan tidak saja meyakini keberadaan Tuhan, tetapi bahwa semesta alam adalah ciptaan-Nya. Demikian pula para pendiri sains modern terutama teori relativitas Einstein berpijak pada prinsip ke-Tuhan-an, dia mengatakan “Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuan sejati tanpa keimanan, ibarat ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang”. Max Planck salah seorang pendiri fisika modern, juga mengatakan bahwa setiap orang yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh, akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kalimat “Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuan”. Soerang penulis sains asal Amerika Guy Murchie menyatakan, bahwa sesuatu yang lain pasti berada di belakang segalanya, mengarahkan dan itu, bisa disebut semacam bukti matematik atas ke-Tuhan-an.

PARTIKEL TUHAN

Fisika modern menyatakan bahwa manusia, udara, air, gunung, meja, mobil, binatang, tumbuhan, dan semua yang kita lihat dan kita raba, mulai dari yang paling berat sampai paling ringan, terbentuk dari kumpulan atom. Para ahli fisika partikel CERN, yang berkerja 100 meter dibawah permukaan tanah, sepanjang radius 27 km, berlokasi di perbatasan Swiss-Perancis, meyakini bahwa partikel elementer quark bertanggung jawab terhadap pembentukan inti atom. Mereka dimotori Peter Higgs seorang fisikawan ateis yang bekerja pada laboratorium CERN. Laboratorium fisika partikel yang beranggotakan 19 negara Eropa itu, melanjutkan penelitian partikel quark dan partikel fundamental lainnya, bagaimana memperoleh massa, yang dipercaya bertindak semacam semen untuk membangun seluruh partikel yang ada, sehingga memungkinkan struktur bintang-bintang dan planet berdiri tegak. Dan baru-baru ini partikel elementer yang selama ini dicari para ilmuan, ditemukan.

Peter Higgs, sang penemu “Higgs Boson”, senang jika partikel baru itu, dikenal dengan sebutan “Partikel Tuhan”. meskipun partikel ini bukanlah Tuhan yang dimaksud oleh kaum Agamawan. Belum jelas apakah Higgs dengan partikel Tuhan yang ditemukannya, bergerak mendekati Tuhan azali untuk kembali kepada fitrah manusia, dalam mencari kebenaran, lalu menjadi religius, atau sekadar menghormati ilmuan modern lain yang sejak lama beriman. Manarik dikaji bahwa “Partikel Tuhan”, adalah entitas sangat halus, tidak berbentuk, keberadaannya sulit dilacak, dan fenomenanya ada diseluruh partikel atom elementer. Partikel sub atomik yang satu ini, diyakini berkuasa mengikat seluruh atom dan partikel fundamental pencipta seluruh semesta alam. Tanpanya jagat raya tidak pernah ada, jikapun teori fisika modern mengijinkan alam semesta untuk tetap ada, tanpa “Partikel Tuhan” bisa jadi jagat raya akan menjadi seperti bubur.

Lebih dari 4 Abad sebelum Isaac Newton dilahirkan, sebuah buku(baca:kitab) mashur berjudul “Futuhat al_Makkiyyah” karya terbesar filsuf Islam Ibn Al-Araby (1164-1240), sudah berbicara soal semesta dan hubungannya dengan Tuhan. Syech, begitu dia biasa dipanggil, menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan adalah entitas tersembunyi (arab:kan’zum makhfiyy), Dia ada ketika menciptakan alam. Menurutnya jagat raya bukan tercipta dari keadaan yang kosong atau creato ex nihilo, namun alam mengada, ketika Tuhan ada. Syech juga berpendapat bahwa unsur dasar penciptaan dari segala sesuatu yang ada, termasuk manusia berasar dari-Nya, yang secara esensial mengandung elemen dasar Ilahiyahyang tak kasat mata (ghaib). Al-Araby juga mencatat, bahwa melalui firmannya Tuhan mengangkat Ibrahim, AS yang diakui sebagai bapak Agama Samawi, sebagai sahabat karib (arab:khalil). Syech mengatakan bahwa makna khalil, sesungguhnya lebih dari sekedar persahabatan, sebab sahabat karib masih menyiratkan “keterpisahan”, sementara “al-Khal” yang dimaksud dalam sahabat karib “al-khalil” adalah “percampuran”.

Percampuran esensi inilah yang oleh ilmu pengetahuan fisika modern, dimaknai sebagai terbentuk dari keseluruhan atom dan partikel elementer, termasuk didalamnya higgs boson yang bertanggung jawab mengikat, keseluruhan partikel sub atomik menjadi memadat, me-wujud, dalam arti dapat dijamah dan dilihat. Karenanya, secara azali wujud yang merupakan keseluruhan partikel atom yang bertugas membangun tubuh, adalah suatu pemberian, tepatnya pinjaman dari kekuatan “intellegence desain” yang maha agung. Maka dengan kekuasaan-Nya, ikatan dalam menyusun struktur tubuh, dapat diurai atau dilepaskan. Menurut rumusan Einstein E=mc2, jika manusia seberat 50 Kg diubah menjadi energi murni, akan menghasilkan ledakan setara seribu bom hidrogen.

KEMBALI KEPADA FITRAH

Dalam Agama apapun, terlepas dari tata cara interaksinya, tentu saja kebenaran dan keberadaan Tuhan adalah absolut. Sebagai bagian dari entitas tersembunyi, fisika partikel bukan saja memberi ruang, tetapi mengijinkan spiritualitas non materi, bersemayam dalam tiap inci gerak kehidupan manusia. Perjalanan Muhammad, SAW, yang bergerak dengan kecepatan cahaya (arab:buroq), menuju langit ketujuh (arab:sidrotul muntaha), kini menjadi masuk akal pada dimensi kuantum fisika modern, sebab hubungan erat antara massa dan energi, E=mc2, sebagai konsekuensi teori relativitas khusus Einstein, tentang ruang waktu, mempersembahkan tantangan baru bagi fisikawan dan masyarakat religius, dalam perjalanan waktu dengan kecepatan cahaya.

Cerita kuno yang menggambarkan seseorang yang sangat religius, bepergian menuju suatu tempat dalam titik kordinat tertentu, dibelahan dunia lain, tanpa kendaraan apapun, kecuali dilakukan dalam ruang khusus, kini mendapat tempat yang baik dalam pandangan sains modern. Pendapat tentang cahaya mengandung energi, sementara massa dan energi terkait dengan “persamaan Einstein” yang termasyur, maka apabila cahaya melengkung didalam gravitasi, hal itu dapat berimplikasi terhadap ruang-waktu yang dapat dilengkungkan atau ditekuk. Akibatnya, Menurut Stephen Hawking, seseorang dapat menciutkan ruang-waktu, dan membuat jalan pintas diantara tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Atau atas kekuasaan-Nya, mengurai dan melepaskan ikatan partikel elementer yang bertugas membangun struktur tubuh manusia, kemudian dihantarkan secara superholograpik elektron menuju titik kordinat tertentu. Dan ditempat tujuan, dibelahan dunia lain, seluruh atom dan sub atomik yang diurai tadi, diikat kembali oleh kekuatan “partikel Tuhan”. Berlawanan dengan hukum fisika Newton, sains modern tampak lebih mirip film fiksi ilmiah startrek, yang dengan mesin “transporter”, awak pesawat dapat dipindahkan dalam sekejab, tanpa kendaraan apapun, cukup mengatakan beam me up, Scotty!

Perlu dipedomani, bahwa dalam alam raya, jika tidak secara tegas melanggar kaidah hukum fisika, maka sesuatu hal yang dianggap tidak mungkin terjadi, berpeluang dapat terwujud. Begitu juga dalam kepercayaan Islam, bahwa jika kekuasaan Tuhan mengijinkan, dijamin segalanya bisa terwujud. Kun faya kun. Jadilah!

Setidak-tidaknya, secara umum jika manusia belum sampai pada tahap setinggi itu, terutama bagi kaum materialis yang masih kekeh dalam dogma materialisme, komunisme dan ateisme, sains modern telah memberi tempat yang nyaman bagi Agama, kalau tidak mereka niscaya akan kehilangan sisi kehidupan yang sangat esensial, dalam menikmati pemandangan spiritualitas nan eksotis, yakni kembali kepada fitrah manusia, menemukan ketenangan bathin dalam kehidupan keber-Agama-an yang berdimensi ; kemanusiaan, persamaan hak, kedermawanan, keadilan dan kesejahteraan bagi semesta alam (arab:rachmatan lil’alamin). Minal’aidzin Walfa’idzin selamat kembali ke fitrah.


Wallahu’alam.


*) Ketua Dewan Syuro Ponpes Salafiyah Annur Malangbong Garut, Wakil Ketua DPD PD Jabar, Penggiat filsafat theology Islam, tinggal di Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar