Sabtu, 27 Juli 2013

DEBUS DAN SAINS DALAM SPIRITUAL ISLAM

DEBUS DAN SAINS DALAM
SPIRITUALISME ISLAM


 
OLEH : Gagan Mohammad
  

SEJARAH

Debus secara umum diartikan seseorang dengan kemampuan personalnya yang dapat melakukan olah bathin sehingga tubuh menjadi “kebal” terhadap benda tajam atau zat lain yang dapat merusak jaringan tubuh,- pertama kali dalam sejarah umat manusia fenomena kekebalan tubuh muncul ketika Nabi Ibrahim AS dibakar kobaran api, anehnya panas api menjadi dingin dan tidak mampu membakar Ibrahim, AS. Pada masa sekarang seperti di India orang bisa berjalan diatas bara api dengan kaki telanjang tanpa luka,- dalam  masyarakat Indonesia keahlian mempertahankan diri seperti itu dimulai ketika Wali Songo dengan semangat penyebaran Islam di tanah jawa, yang menarik tujuannya  untuk mengimbangi kemampuan sebagian masyarakat pada masa itu terhadap ilmu ”kanuragan” peninggalan kebudayaan Hindu, yang sampai saat ini masih sering dipraktekan dalam acara seni budaya di Bali misalnya, dengan menusukan keris kedalam tubuh, hal yang sama dilakukan masyarakat di hampir semua suku bangsa di Indonesia.

Tersohor di seantero tanah air tentu saja debus Banten dengan segala corak dan keunikannya, dalam kesadaran penuh seorang ”jawara”, demikian orang biasa menyebut, mampu melukai tubuh dan dengan segera merekatnya kembali,  memotong lidang dan nyambung lagi, atau melukai diri tanpa luka dan seterusnya. hal ini bisa dilakukan karena ”bekal” keimanan yang sangat tinggi kepada Allah SWT, sebagaimana menurut teori emanasi Platonius (205-270), Al-Farabi (870-950) dan Ibnu-Sina (980-1037) yang mendefinisikan segala sesuatu ”yang ada” memancar dari dzat yang satu, yakni Tuhan. Filsafat emanasi mengajarkan bahwa asal mula penciptaan alam adalah dengan cara mamancar atau pelimpahan dari yang satu. Yang asal itu pastilah Tuhan, berarti alam beserta seluruh isinya adalah menjadi bagian dari Tuhan, meski bukan berarti dapat dikatakan bahwa alam adalah Tuhan, karena makin jauh penciptaan sesuatu dari yang satu, makin jamak dan tak sempurna wujudnya.

Berbeda dengan sihir yang menurut sifatnya adalah persekutuan manusia dengan setan, perbuatan mana dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan berakibat jahat terhadap diri seseorang yang terkena dampak sihir, sementara debus dahulu dilakukan untuk mempertahankan diri/keyakinan dan Negara dari gangguan musuh, pada pra kemerdekaan Indonesia praktek-praktek semacam ini kerap dilakukan Ulama dengan memberi “air doa” untuk menumbuhkan semangat dan kekuatan kepada muridnya bertempur melawan penjajah Belanda, sebut saja peristiwa “Geger Cilegon” di Banten pimpinan KH Wasid (1888), serta banyak lagi pemberontakan sejenis meluas di Nusantara dengan semangat fii sabilillah.

Namun dalam perkembanganya debus berubah menjadi kegiatan seni untuk mempertahankan budaya yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia,- sejatinya seni kekebalan tubuh dari manapun asalnya dan dimanapun keberadaannya tidak pernah tercerabut dari akar budayanya, yaitu adanya peran sentral agama sebagai satu-satunya sumber kayakinan.

ATOM
Kini peran sentral agama sebagai sumber hakiki untuk menumbuhkan keimanan (baca:keyakinan) kepada  Allah dan capaian sugesti diri sampai tahap ”kebal”, sains sebagai sumber pemahaman tambahan, perlu menjadi referansi agar ilmu debus tidak berada dalam dimensi tahayul, misterius, aneh, atau ghaib semata,- apalagi tergelincir dalam batas keadaan mempersekutukan Tuhan,-karena ilmu-ilmu tadi diyakini tidak bertentangan dengan akidah yang berlaku dalam Islam, bersumber dari Ilmu Allah yang meretas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dipahami akal kognitif.

Seperti telah kita ketahui bahwa tubuh manusia, terdiri dari struktur atom yang jumlahnya tak terhingga, bagaimana sekumpulan atom berkombinasi satu sama lain dan bergerak dengan kecepatan 1.000 km/detik membentuk materi yang mampu dijamah. Didalam atom terdapat sebuah sistem tanpa cacat, unik, dan kompleks yang kecanggihannya sebanding dengan sistem yang kita tau secara umum di jagat raya. Dalam setiap atom terbuat dari inti dan sejumlah elektron yang bergerak mengitari orbitnya dengan jarak yang sangat jauh dari inti, seperti jarak antar planet dalam sistem tata surya.

Pertanyaannya bila sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong yang jaraknya sangat jauh, mengapa kumpulan atom bisa memadat? Jawabanya pemadatan tidak bergantung pada ada tidaknya ruang kosong dalam partikel, akan tetapi terdapat medan listrik antar partikel. Tangan kita tidak bablas sewaktu diletakan diatas meja, karena ada tolakan listrik yang diterima elektron-elektron atom ditangan kita dari elektron-elektron atom meja, bukan karena tidak ada celah lagi bagi elektron untuk meneruskan gerakan untuk menembus meja. Medan elektrik ini tidak hanya membuat milyaran atom dapat membentuk materi dan bisa dijamah, dalam arti tidak bisa ditembus satu sama lain, tapi medan listrik ini pun membuat atom dan sub atomik saling melekat,- Untuk mengubah keadaan yang sangat normal ini, harus ada yang mampu mengalahkan kekuatan medan eletrik antar atom, yaitu ”energi murni”.

TEKNOLOGI DEBUS
Ketika sebilah golok menghujam tubuh seseorang, secara awam kulit berikut daging yang menempel dalam badan akan terkoyak dan mengeluarkan darah segar, namun berkat keilmuan Allah seseorang akan mampu kebal terhadap ketajaman golok, dengan mengkonsentrasikan dirinya pada dzat yang satu, yakni Tuhan, yang denganya ”energi murni” dapat menyeruak mempengaruhi gaya elektromagnetik atom dan sub atomik dalam tubuh untuk memperbesar tarikan elektron-elektron,- bukan berarti benda tajam tidak mampu merobek jaringan kulit, tapi sebilah golok setajam apapun akan memantul akibat tolakan elektron dari tubuh dan tolakan yang didapat dari tajamnya golok.
Hal itu bisa dicapai akibat struktur otak manusia yang berbeda dengan otak binatang,- otak manusia memiliki ”amigdala” yang berperan seperti security, dengan operator yang siap siaga mengirimkan panggilan darurat ke pusat syaraf untuk isyarat bahaya, termasuk mengirimkan sinyal sejumlah hormon neoropinefrin untuk mempertajam reaktifitas wilayah-wilayah otak penting agar seluruh aktifitas partikel atom tubuh bekerja dalam batas yang toleran dengan misi otak,- jika ingin kebal terhadap benda tajam, energi yang diperintah syaraf otak sebagai hasil kontemplasi dzikir hati, akan memperlambat gerak atom menjadi kurang sedikit dari 1.000 km/detik dan mengakibatkan materi makin padat dengan memperkokoh tolakan elektron yang saling merekat,- namun jika menginginkan jaringan kulit yang robek karena benda tajam, kembali utuh, harus ada intervensi dengan menggunakan energi murni dan ”air” yang telah diberi doa tertentu yang dilepas melalui tangan atau semburan dari mulut misalnya.

Mengapa para Ulama tak terkecuali debus menggunakan air sebagai media? Ketika meneliti khasiat air Zam-zam di Makkah, DR. Masaru Emoto, Dalam bukunya ”The True Power Of Water”, air memiliki sifat sensitif namun juga reaktif. Jika dibacakan padanya kata-kata yang baik, air akan bereaksi positif. Sebaliknya jika diberikan kata-kata buruk, maka air juga akan bereaksi sesuai sifat dan makna kata-kata tersebut, dimana menurutnya lagi keunikan air digambarkan sebagai sebuah kristal yang bisa berstruktur indah heksagonal atau segi-enam atau bisa seperti kristal pecah tak beraturan.

Label baik atau buruk inilah yang akan menentukan model kristal bakal terbentuk nantinya,-nah energi yang dilepas dengan bantuan air inilah yang kemudian dapat mempercepat proses pembentukan sel baru yang dihasilkan dari pembelahan sel, bergerak dari bagian dalam kulit menuju kepermukaan luar, sembari merubah unsur cair sitoplasma menjadi protein kuat yang disebut keratin, dengan segera jaringan kulit yang robek mampu merekat kembali dengan utuh.

Ilmu sangat tinggi yang hanya mampu dilakukan manusia dalam tingkatan ”maqam” yang tak ”bermaqam”, adalah jika tubuh ingin berkemampuan menembus benda lain dan memisahkan unsur unsur atom elementer untuk melepaskan diri dalam dimensi ruang-waktu, maka sirkuit amigdala harus mengirimkan pesan kepada seluruh pusat otak agar gerak atom dipercepat melebihi 1.000 km/detik, dan memperlemah gaya elektron-elektron, maka keadaan yang tampak mustahil akan terjadi.

Dalam tulisan ini kita tidak hendak membahas lebih jauh ilmu fisika dengan kaidah mekanika kuantum yang mengatakan bahwa gelombang cahaya datang dalam paket-paket kecil atau kuanta, yang disebut foton, atau berdiskusi soal fisika partikel, seperti energi perekat yang mengikat partikel elementer (quark, penyusun proton dan neutron) yang membuat inti atom menjadi sangat padat dan seterusnya. Akan tetapi coba merenungkan bagaimana Tuhan semesta alam, Allah SWT menciptakan jagat raya dengan perencanaan yang sangat canggih dan detail, tanpa cacat, mutlak, dan diluar nalar manusia. Dengan teori emanasi memungkinkan kita sebagai manusia menggunakan potensi diri yang begitu besar dengan sebaik mungkin, seni debus hanya sebutir garam dari ilmu Allah yang tak terhingga.-Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar